Key Considerations Before Migrating to Kubernetes

Muhammad Abdur Rofi Maulidin 🇮🇩
Jawara Cloud
Published in
4 min readAug 3, 2023

--

Migrasi ke Kubernetes adalah langkah besar bagi perusahaan yang ingin memodernisasi infrastruktur. Penting bagi kita untuk melakukan banyak pertimbangkan beberapa hal sebelum melakukan memodernisasi infrastruktur.

Bismillah,

Mungkin kita merasakan perkembangan teknologi seakan tidak ada habis-nya hampir tiap minggu, bahkan setiap hari kita dapat melihat teknologi baru bermunculan. Salah satu teknologi yang cukup naik daun saat ini adalah Kubernetes. Banyak organisasi yang mencoba mengadopsi Kubernetes untuk melakukan modernisasi teknologi mereka. Tapi sebelum kita nekat memulai proses tersebut, ada beberapa hal penting yang perlu kita pikirkan terlebih dahulu.

Man Power

Suksesnya adopsi Kubernetes bergantung pada kepiawaian dan pengetahuan tim kita. Karena Kubernetes membawa perubahan besar dalam cara mengelola aplikasi, tim IT harus punya kemampuan khusus. Untuk mengatasi masalah ini, perusahaan harus mengevaluasi tim yang sudah ada dan cari tahu apa kekurangan ilmu mereka.

Nah, salah satu caranya adalah memberikan pelatihan dan peningkatan skill kepada karyawan dalam hal Kubernetes dan teknologi kontainerisasi. Atau kalau perlu, kita bisa tambah kekuatan tim dengan merekrut orang-orang yang sudah expert di Kubernetes. Para ahli ini nantinya bisa jadi pemandu dalam proses migrasi dan bantu yang lainnya dalam memahami konsepnya.

Selain itu, kita juga bisa menerapkan budaya pembelajaran terus-menerus dan berbagi pengetahuan di dalam perusahaan, agar manfaat dari adopsi Kubernetes bisa maksimal dalam jangka panjang.

Biaya

Masalah biaya tentu jadi pertimbangan penting sebelum beralih ke Kubernetes. Meskipun Kubernetes menawarkan banyak keuntungan dalam hal skalabilitas dan penggunaan sumber daya, namun juga membawa dinamika biaya baru yang perlu dikelola dengan baik.

Sebelum migrasi, perusahaan harus melakukan analisis biaya secara menyeluruh, termasuk biaya perangkat keras, biaya layanan cloud, biaya lisensi, dan biaya pemeliharaan. Meskipun Kubernetes bisa mengoptimalkan alokasi sumber daya, kalau konfigurasi atau skala nya nggak pas, bisa jadi malah boros biaya.

Salah satu cara untuk menghemat biaya adalah dengan memilih model penyebaran Kubernetes yang tepat. Klaster self-managed di lokasi sendiri memberi lebih banyak kontrol, tapi bisa bikin biaya operasional lebih tinggi. Sedangkan layanan Kubernetes yang dikelola oleh penyedia cloud lebih simpel, tapi bisa ada biaya terkait dengan platform cloud nya. Makanya, kita perlu mengevaluasi opsi ini dengan bijak.

Persyaratan Infrastruktur

Pilih tipe instance dan penyedia cloud yang pas juga jadi faktor penting dalam migrasi ke Kubernetes. Performa dan skalabilitas klaster Kubernetes sangat tergantung pada infrastruktur yang mendasarinya.

Pertama-tama, kita harus menilai beban kerja aplikasi dan kebutuhan sumber daya dengan cermat. Ini bakal membantu menentukan tipe instance yang cocok untuk node di klaster Kubernetes. Tipe instance dengan kombinasi CPU, memori, dan penyimpanan yang tepat akan memastikan performa dan pemanfaatan sumber daya yang optimal.

Kedua, pilihan penyedia cloud juga bisa berpengaruh besar pada proses migrasi dan operasional selanjutnya. Setiap penyedia cloud menawarkan layanan Kubernetes dengan fitur, model harga, dan kemampuan manajemen yang berbeda. Perusahaan harus mempertimbangkan faktor seperti ketersediaan geografis, perjanjian tingkat layanan, persyaratan tempat penyimpanan data, dan integrasi dengan infrastruktur yang sudah ada.

Pertimbangkan Kesulitan dalam Migrasi

Migrasi ke Kubernetes dapat menimbulkan sejumlah tantangan teknis dan organisasional. Pertama-tama, proses migrasi itu sendiri bisa rumit dan memerlukan perencanaan matang. Mengalihkan aplikasi dari infrastruktur yang sudah ada ke dalam lingkungan Kubernetes memerlukan penyesuaian dalam konfigurasi, pengaturan jaringan, dan manajemen data. Selain itu, ada kemungkinan terjadi kendala atau masalah yang tidak terduga selama proses migrasi, yang memerlukan tim yang kompeten untuk menyelesaikannya.

Kemudian, aspek organisasional juga bisa menjadi tantangan. Penggunaan Kubernetes mungkin memerlukan perubahan dalam budaya dan praktik pengembangan perangkat lunak. Tim IT dan pengembang harus beradaptasi dengan metode pengelolaan aplikasi yang berbeda, seperti memisahkan aplikasi menjadi beberapa mikroservis, menggunakan alat otomatisasi, dan mengadopsi siklus pengembangan dan pengiriman yang lebih cepat.

Terkadang, ada juga hambatan dalam mengadopsi Kubernetes karena ketidaktahuan atau ketidakpercayaan terhadap teknologi baru. Beberapa anggota tim mungkin merasa enggan atau takut menggunakan Kubernetes karena kurangnya pengalaman atau persepsi bahwa perubahan ini akan mengganggu rutinitas kerja mereka. Maka dari itu, penting untuk membangun kesadaran dan dukungan yang kuat dari seluruh tim dalam proses migrasi.

Migrasi ke Kubernetes adalah langkah besar yang memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang. Selain mempertimbangkan sumber daya manusia, biaya, dan persyaratan infrastruktur, kita juga harus siap menghadapi berbagai kesulitan teknis dan organisasional. Dengan memahami dan mengatasi tantangan ini, perusahaan dapat mengoptimalkan manfaat dari adopsi Kubernetes dan memajukan infrastruktur IT mereka menuju masa depan yang lebih adaptif dan efisien.

Layak-nya thumbnail yang ada di artikel ini, sebelum sekelompok burung melakukan migrasi ke tempat baru, mereka juga akan mempertimbangkan banyak hal sebelum keberangkatan. Jadi sebisa mungkin pertimbangkan banyak kemungkinan sebelum melakukan migrasi.

About me

I’m Muhammad Abdur Rofi Maulidin, a DevOps Engineer passionate about optimizing software development processes by supporting cloud infrastructure management like kubernetes orchestration, and automations. Dedicated to support the reliability, availability, and performance of systems by implementing SLI/SLO based on performance monitoring for business requirement.

Feel free to keep in touch with me:

Let’s go to the cloud 🚀

Free Palestine 🇵🇸

--

--